STRATEGI
PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING
(Suatu
Strategi Pembelajaran Berbasis Student
Centred)
A.
Pengertian Belajar
Belajar menurut bahasa
adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian”. Sedangkan
menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah
“Suatu proses di mana suatu tingkah laku
ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau
rangsang) yang terjadi”.
Nana
Sudjana mengatakan “belajar adalah
proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu.” Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang
mengatakan “Learning is show by a
behavior as a result of experience”.
Dari
beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut,
baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor),
maupun sikapnya (afektif).
B.
Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)
Pembelajaran
aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua
potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai
hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka
miliki.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya
berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik
dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.
Siswa
perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang
lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat
anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang
menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat
sintesis dan mengevaluasi.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya lakukan, saya paham.
Ketiga pernyataan ini menekankan
pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di sekolah tidak sia-sia. Ungkapan
di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Silberman memodifikasi dan
memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan
belajar aktif (active learning),
yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya
ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan
atau diskusikan dengan
beberapa teman lain, saya mulai
paham.
Apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan dan lakukan, saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang
lain, saya kuasai.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan
mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka
dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara
kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang
disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit,
sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya
(setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan
pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara
sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan
setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap
informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus
secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat
diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997)
mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of
readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat
memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of
exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu
dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar.
3. law of
effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan
menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal
ini cenderung akan selalu diulang.
Kesediaan dan kesiapan mereka dalam
mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons
yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran.
Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap
stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga
respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang
kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan
respons tersebut dalam memory
(ingatan)nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik
kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang
ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak
didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari
hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam
pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active
learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk
memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal
yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu
ingatan (memory) mereka, sehingga
mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini
kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan
strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Pembelajaran konvensional
|
Pembelajaran Active learning
|
Berpusat pada guru
|
Berpusat pada anak didik
|
Penekanan pada menerima pengetahuan
|
Penekanan pada menemukan
|
Kurang menyenangkan
|
Sangat menyenangkan
|
Kurang memberdayakan semua indera dan potensi anak
didik
|
Memberdayakan semua indera dan potensi anak didik
|
Menggunakan metode yang monoton
|
Menggunakan banyak metode
|
Kurang banyak media yang digunakan
|
Menggunakan banyak media
|
Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang
sudah ada
|
Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada |
Perbandingan di atas dapat dijadikan
bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam
pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada
menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam
kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota
kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana
membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas
yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis,
membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah
strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata
menggunakan teknik active learning (belajar
aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar
terhadap belajar siswa.
2. Aplikasi Active learning (belajar aktif) dalam
Pembelajaran
L. Dee Fink mengemukakan model active learning (belajar aktif) sebagai
berikut.
Dialog dengan diri sendiri adalah
proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang
dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka
pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik
yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca
sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari,
bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan
dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran
tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat
diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa
memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang
berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka
sendiri.
Doing atau berbuat merupakan
aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu
eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Ada banyak metode yang dapat
digunakan dalam menerapkan active
learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Silberman mengemukakan
101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya
dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan
tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut antara lain:
Trading
Place (tempat-tempat perdagangan),
Who is in
the Class?(siapa di kelas),
Group Resume (resume
kelompok),
Prediction (prediksi),
TV Komersial,
The company
you keep (teman yang anda jaga),
Question
Student Have (Pertanyaan Peserta Didik),
Reconnecting
(menghubungkan kembali), dan lain sebagainya.
Question
Student Have (Pertanyaan Peserta Didik)
Metode Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang
keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang
mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan
partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa
yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya
melalui percakapan.
Prosedur :
1.
Bagikan kartu kosong kepada siswa
2.
Mintalah setiap siswa menulis
beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau sifat pelajaran
yang sedang dipelajari.
3.
Putarlah kartu tersebut searah
keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta berikutnya,
peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek di sana jika
pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
4.
Saat kartu kembali pada penulisnya,
setiap peserta telah memeriksa semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak
dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan :
a.
Jawaban langsung atau berikan
jawaban yang berani
b.
Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut sampai waktu yang tepat
c.
Meluruskan pertanyaan yang tidak
menunjukkan suatu pertanyaan
5.
Panggil beberapa peserta berbagi
pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka tidak memperoleh suara
terbanyak
6.
Kumpulkan semua kartu. Kartu
tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada
pertemuan berikutnya.
Variasi :
1.
Jika kelas terlalu besar dan memakan
waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan
lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa
menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
2.
Meskipun meminta pertanyaan dengan
kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan atau mengenai kelas,
topik yang akan anda bahas atau alasan dasar untuk partisipasi kelas yang akan
mereka amati.
3.
Variasi dapat pula dilakukan dengan
meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat mengidentifikasi
pertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai indikasi penguasaan
anak terhadap objek yang dipertanyakan.
Reconnecting (menghubungkan kembali)
Metode reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan untuk mengembalikan
perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan
aktivitas tersebut.
Prosedur :
1.
Ajaklah anak didik kembali kepada
pelajaran. Jelaskan pada anak didik bahwa menghabiskan beberapa menit untuk
mengaitkan kembali pelajaran dengan pengetahuan anak akan memberi makna yang
berarti.
2.
Tentukan satu atau lebih dari
pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada para peserta didik :
a.
Apa saja yang masih anda ingat tentang
pelajaran terakhir kita?
b.
Apa saja yang masih bertahan dalam
diri anda?
c.
Sudahkah anda membaca / berpikir
/melakukan sesuatu yang dirangsang oleh pelajaran terakhi kita ?
d.
Pengalaman menarik apa yang telah
anda miliki di antara pelajaran-pelajaran?
e.
Apa saja yang ada dalam pikiran anda
sekarang (misal nya sebuah kekhawatiran) yang mungkin mengganggu kemampuan anda
untuk memberi perhatian pebuh terhadap pelajaran hari ini?
f.
Bagaimana perasaan anda hari ini?
(Dapat dilakukan dengan memberikan metafor, seperti “Saya merasa bagaikan
pisang busuk
3.
Dapatkan respons dengan menggunakan
salah satu format, seperti sub-kelompok atau pembicara dengan urutan panggilan
berikutnya
4.
Hubungkan dengan topik sekarang
Variasi :
1.
Lakukan sebuah ulasan tentang
pelajaran yang telah lalu
2.
Sampaikan dua pertanyaan, konsep
atau sejumlah informasi yang tercakup dalam pelajaran yang lalu. Mintalah
peserta didik untuk memberikan suara terhadap sesuatu yang paling mereka sukai
agar anda mengulas pelajaran tersebut. Ulaslah pertanyaan, konsep, atau
informasi yang menang.
Pengajaran Sinergetik (Synergetic Teaching)
Metode ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka
peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka miliki.
Prosedur :
a.
Bagi kelas menjadi dua kelompok
b.
Salah satu kelompok dipisahkan ke
ruang lain untuk membaca topik pelajaran
c.
Kelompok yang lain diberikan materi
pelajaran yang sama dengan metode yang diinginkan oleh guru.
d.
Pasangkan masing-masing anggota
kelompok pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari guru dengan tugas
menyimpulkan/meringkas materi pelajaran.
Kartu Sortir (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan
kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat,
fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
Prosedur :
a.
Masing-masing siswa diberikan kartu
indek yang berisi materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan
definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan
kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin
banyak pula pasangan kartunya.
b.
Guru menunjuk salah satu siswa yang
memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila
merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori.
c.
Agar situasinya agak seru dapat
diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas
kesepakatan bersama.
d.
Guru dapat membuat catatan penting
di papan tulis pada saat prosesi terjadi.
TRADING PLACE
Metode ini memungkinkan peserta
didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan,
nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
Prosedur :
1. beri peserta
didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it
(tentukan apakah kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi
para peserta didik terhadap sebuah atau beberapa kontribusi)
2.
mintalah mereka untuk menulis dalam
catatan merea salah satu dari hal berikut :
a.
sebuah nilai yang mereka pegang
b.
sebuah pengalaman yang telah mereka
miliki saat ini
c.
sebuah ide atau solusi kreatif
terhadap sebuah problema yang telah anda tentukan
d.
sebuah pertanyaan yang mereka miliki
mengenai persoalan dari mata pelajaran
e.
sebuah opini yang mereka pegang
tentang sebuah topik pilihan anda
f.
sebuah fakta tentang mereka sendiri
atau persoalan pelajaran
3.
mintalah peseta didik menaruh
(menempelkan) catatan tersebut pada pakaian mereka dan mengelilingi ruangan
dengan atau sambil membaca tiap catatan milik peserta yang lain
4.
kemudian, suruhlah para peserta
didik berkumpul sekali lagi dan mengasosiasikan sebuah pertukaran
catatan-catatan yang telah diletakkan pada tempatnya (trade of Post-it notes) satu sama lain. Pertukaran itu hendaknya
didasarkan pada sebuah keinginan untuk memiliki sebuah nilai, pengalaman, ide,
pertanyaan, opini atau fakta tertentu dalam waktu yang singkat. Buatlah aturan
bahwa semua pertukaran harus menjadi dua jalan. Doronglah peserta didik untuk
membuat sebanyak mungkin pertukaran yang mereka sukai.
5. kumpulkan
kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagi pertukaran apa
yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya : Mita: “Saya menukar catatan
dengan Sonya karena dia telah membuat catatan tentang perjalanan ke Eropa
Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karena saya mempunyai nenek moyang yang
berasal dari Hongaria dan Ukraina)
WHO IN THE CLASS?
Metode ini digunakan untuk
memecahkan kebekuan suasana dalam kelas. Teknik ini lebih mirip dengan
perburuan terhadap teman-teman di kelas daripada terhadap benda. Strategi ini
membantu perkembangan pembangunan team (team
building) dan membuat gereakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan
fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan.
Prosedur:
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase:
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase:
Carilah seseorang
yang…………
Suka/senang menggambar
Mengetahui apa yang dimaksud rebonding
Mengira bahwa hari ini akan hujan
Berperilaku baik
Telah mengerjakan PR
Punya semangat kuat dalam belajar dll
2. Bagikan pernyataan-pernyataan itu kepada peserta didik dan berikah beberapa perintah berikut :
Kegiatan ini seperti sebuah
perburuan binatang, kecuali bahwa anda mencari orang sebagai pengganti benda.
Ketika saya berkata “mulai” kelilingilah ruangan dengan mencari orang-orang
yang cocok dengan pernyataan ini. Anda bisa menggunakan masing-masing orang
hanya untuk sebuah pernyataan, meskipun dia memiliki kecocokan lebih dari satu.
Tulislah nama orang tersebut.
3. ketika kebanyakan peserta didik telah selesai, beri tanda stop berburu dan kumpulkan kembali ke kelas.
4. guru dapat menawarkan sebuah hadiah penghargaan teradap orang yang selesai pertama kali. Yang lebih penting surveilah kelas tersebut. Kembangkan diskusi singkat tentang beberapa bagian yang mungkin merangsang perhatian dalam topik pelajaran.
Resume kelompok
Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah
prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok
merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih
mengenal atau melakukan kegiatan membangun tem dari sebuah kelompok yang para
anggotanya telah mengenal satu sama lain.
Prosedur :
1. Bagilah
peserta didik ke dalam kelompok sekitar 3 sampai 6 anggota
2.
beritahukan kelas itu bahwa kelas
berisi sebuah kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat
3.
sarankan bahwa salah satu cara untuk
mengenal dan menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat resume
kelompok.
4.
berikan kelompok cetakan berita dan
penilai untuk menunjukkan resume mereka. Resume tersebut seharusnya memasukkan
beberapa informasi yang bisa menjual kelompok tersebut secara keseluruhan. Data
yang disertakan bisa berupa :
latar
belakang pendidikan; sekolah-sekolah yang dimasuki
pengetahuan tentang isi pelajaran pengalaman kerja posisi yang pernah dipegang, keterampilan-keterampilan, hobby, bakat, perjalanan, keluarga
dan prestasi-prestasi.
pengetahuan tentang isi pelajaran pengalaman kerja posisi yang pernah dipegang, keterampilan-keterampilan, hobby, bakat, perjalanan, keluarga
dan prestasi-prestasi.
5. ajaklah
masing-masing kelompok untuk menyampaikan resumeny
PREDICTION (PREDIKSI)
Metode ini dapat membantu para siswa menjadi kenal
satu sama lain
Prosedur :
1. bentuklah
sub-sub kelompok dari 3 sampai 4 orang siswa (yang relatif masih asing satu
sama lain)
2.
beritahukan pada peserta didik bahwa
pekerjaan mereka adalah meramalkan bagaimana masing-masing orang dalam
kelompoknya akan menjawab pertanyaan tertentu yang telah dipersiapkan untuk
mereka, seperti :
a.
kamu menyukai musik apa?
b.
Apa di antara kegiatan waktu luang
favorit anda?
c.
Berapa jam kamu bisa tidur malam?
d.
Berapa saudara kandung yang kamu
miliki dan kamu berada pada urutan berapa?
e.
Di mana kamu dibesarkan?
f.
Seperti apa kamu ketika masih kecil?
g.
Apakah orang tua kamu bersikap
toleran atau ketat?
h.
Pekerjaan apa yang telah kamu
miliki?
3.
mintalah sub-sub kelompok mulai
dengan memilih satu orang sebagaoi subyek pertamanya. Dorong anggota kelompok
se spesifik mungkin dalam prediksi mereka mengenai orang itu. Beritahukan
mereka agar tidak takut tentang tebakan-tebakan yang berani.
4. mintalah
masing-masing anggota kelompok bergiliran sebagai orang fokus/utama.
Tv Komersial
Metode ini dapat menghasilkan pembangunan team (team
building) yang cepat
Prosedur :
Prosedur :
1. bagilah
peserta didik ke dalam team yang tidak lebih dari 6 anggota
2.
mintalah team-team membuat iklan TV
30 detik yang meniklankan masalah pelajaran dengan menekankan nilainya bagi
meraka atau bagi dunia
3.
iklan hendaknya berisi sebuah slogan
(sebagai contoh “Lebih baik hidup dengan ilmu Kimia”) dan visual (misalnya, produk-produk
kimia terkenal)
4.
jelaskan bahwa konsep umum dan
sebuah outline dari iklan tersebut sesuai. Namun jika team ingin memerankan
iklannya, hal tersebut baik juga.
5.
sebelum masing-masing team mulai
merencanakan iklannya, maka diskusikan karakteristik dari beberapa iklan yang
saat ini terkenal untuk merangsang kreatifitas (misalnya penggunaan sebuah
kepribadian terkenal, humor, perbandingan terhadap persaingan, daya tarik sex)
6. mintalah
masing-masing team menyampaikan ide-idenya. Pujilah kreatifitas setiap orang.
The Company You Keep
Metode ini digunakan untuk membantu
siswa sejak awal agar lebih mengenal satu sama lain aktivitas kelas bergerak dengan
cepat dan amat menyenangkan.
Prosedur :
1. buatlah
datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam sebuah kegiatan untuk lebih
mengenal pelajaran yang anda ajar. Kategori-kategori tersebut meliputi :
a.
bulan kelahiran
b.
orang yang suka atau tidak suka suatu
objek
c.
kesukaan seseorang
d.
tangan yang digunakan untuk menulis
e.
warna sepatu
f.
setuju atau tidak dengan beberapa
pernyataan opini tentang sebuah isi hangat (misalnya “Jaminan pemeliharaan
kesehatan hendaknya bersifat universal”)
Catatan: Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan materi pelajaran yang diajarkan
Catatan: Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan materi pelajaran yang diajarkan
2.
bersihkan ruang lantaiagar peserta
didik dapat berkeliling dengan bebas
3.
sebutkan sebuah kategori. Arahkan
para peserta didik untuk menentukan secepat mungkin semua orang yang akan
mereka kaitkan dengan kategori yang ada. Misal para penulis dengan tangan kanan
dan penulis dengan tangan kiri akan terpisah menjadi dua bagian.
4.
ketika para peserta didik telah
membentuk kelompok-kelompok yang tepat, mintalah mereka berjabatan tangan
dengan teman yang mereka jaga. Ajaklah semua untuk mengamati dengan tepat
berapa banyak otang yang ada di dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
5.
lanjutkan segera pada kategori
berikutnya. Jagalah peserta didik tetap bergerak dari kelompok ke kelompok
ketika anda mengumumkan kategori-kategori baru.
6. kumpulkan
kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang muncul dari
latihan itu,
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2004.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 1997.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Gaung
Persada Press, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar